Untuk Apa Kita Shalat? Apa Esensi Dari Shalat?
- account_circle AdminPedia
- calendar_month Senin, 7 Apr 2025
- visibility 475
- comment 0 komentar

Oleh: M. Nurfahmi Lubis
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Jati Bandung
Apa itu Shalat? Ibadah shalat sudah tidak asing terdengar dikalangan umat islam, karena shalat adalah salah satu kewajiban bagi setiap muslim yang harus dilaksanakan. Banyak dalil-dalil yang membahas tentang kewajiban shalat, baik dari Al-qur’an maupun hadits.
Salah satu dalil Al-qur’an yang memerintahkan shalat ada dalam surah Al-Baqarah ayat 43; “Dan dirikanlah shalat, dan keluarkanlah zakat, dan tunduklah rukuk bersama orang-orang yang rukuk”.
Selain ayat Al-qur’an ada juga dalam hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abdurrahman bin Auf ; “Islam didirikan di atas lima dasar, yaitu: memberi kesaksian bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji ke Baitullah.”
Dari kedua dalil diatas bisa diambil kesimpulan bahwa ketika seseorang menyandang status sebagai seorang Muslim, maka sudah sepatutnya untuk melaksanakan shalat.
Bukan Hanya Kewajiban
Ibadah shalat ini bukanlah hanya sebagai kewajiban bagi setiap muslim, akan tetapi esensi dari shalat itu sendiri adalah rasa cinta dan rasa syukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan kepada hambanya.
Jika ibadah shalat ini hanya didasari karena kewajiban maka pada fakta pelaksanaannya akan berat untuk dilaksanakan dan sedikit akan ada unsur keterpaksaan.
Maka tidak heran ketika banyak orang-orang yang lalai dalam melaksanakan ibadah shalat tersebut, dikarenakan mereka belum memahi dari esensi shalat itu sendiri.
Selain rasa syukur dan cinta seorang makhluk kepada sang khaliq, kalau dilihat dari kata shalat itu sendiri diambil dari kata As-Shilah yang berarti hubungan. Maka selain rasa syukur dan cinta, shalat adalah sebagai jembatan untuk menjaga hubungan seseorang hamba dengan Tuhannya.
Maka bisa dikatakan orang-orang yang meninggalkan atau tidak melaksanakan shalat berarti ada masalah dalam hubungannya dengan Allah.
Rasa syukur dan cinta yang dihadirkan ketika dalam pelaksanaan shalat itu akan meningkatkan kekhusuan dalam shalat. Karena dalam pelaksaannya dilakukan dengan penuh keikhlasan tanpa ada rasa keterpaksaan.
Rasa Cinta
Mengambil pemikiran dari salah satu tokoh sufi yaitu Robi’ah al-Adawiyah yaitu sebuah konsep pendekatan diri kepada Tuhan atas dasar kecintaan, bukan karena takut akan siksa neraka ataupun mengharap surga. Cinta Rabiah merupakan cinta yang tidak mengharap balasan.
Dikisahkan bahwa suatu hari Rabi’ah al-Adawiyah tengah berjalan ke Kota Baghdad seraya menenteng air dan memegangi obor di tangan kirinya. Kemudian seseorang bertanya kepadanya, “Rabi’ah, mau dikemanakan air dan obor itu?”
Rabi’ah pun menjawab, “Aku hendak membakar surga dengan obor dan memadamkan api neraka dengan air agar orang tidak lagi mengharap surga dan takut neraka dalam ibadahnya!”
Alasan mendasar kenapa mengambil pemikiran dari Robi’ah al-Adawiyah adalah mengajarkan kepada kita pentingnya keikhlasan dalam melakukan suatu ibadah terutama dalam shalat. Lagi-lagi keikhlasan itu muncul disebabkan dari rasa yang kita hadirkan sebelum melaksanakannya.
Apakah salah orang yang melaksanakan shalat hanya dengan alasan kewajiban? Sebenarnya tidak, tetapi kalau hanya didasari atas kewajiaban saja akan ada rasa keterpaksaan ketika dalam pelaksanaannya.
Tetapi, ketika ada indikator lain seperti yang telah dipaparkan diatas, itu akan lebih baik. Karena ibadah itu bukan hanya sekedar melaksanakan kewajiban, tetapi ada hal yang harus menjadi perhatian kenapa kita harus shalat. Ketika kita bisa memahami akan hal itu, maka dalam pelaksanaannya shalat akan lebih bermakna.
- Penulis: AdminPedia
